eramuslim - “Hati tempat jatuhnya pandangan Allah, jasad lahir tumpuan manusia. Utamakanlah pandangan Allah daripada pandangan manusia”

Malam ini, saya kembali membaca tulisan itu. Terselip diantara lembar-lembar biru sebuah buku harian. Haru. Perasaan itu selalu menerpa, ketika teringat kembali proses kehijrahan saya. Tak banyak sebenarnya yang bisa saya ceritakan tentang proses itu. Tapi dari semua proses hijrah itu tak lepas dari peran seorang hamba Allah yang sampai detik ini namanya masih tersimpan rapi dalam sanubari saya. Sang pemilik buku harian biru ini.

Saya dan teman-teman lebih suka memanggilnya Anggi. Nama lengkapnya Anggraheni Puspitasari. Anggi teman satu kost saya dan juga satu jurusan di Teknik Informatika sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Saya mengenalnya sejak hari pertama OSPEK. Gadis sedikit tomboy, supel, ceria dan energik ini gampang disukai siapa saja yang mengenalnya. Juga dikost kami yang hanya berpenghuni empat orang. Saya, Anggi, Tri, dan Mira. Sehari saja tanpa Anggi kost terasa sepi. Anggi memang paling pandai menghidupkan suasana. Joke-joke segarnya sering membuat kami terlepas dari beban kuliah yang berat. Juga beban kekurangan duit diakhir bulan. Karena Anggi yang notabene putri seorang ibu dokter dan ayah anggota DPR ini tentu saja tak pernah kekurangan dana. Namun bukan karena itu kalau lantas kami sangat menyayangi sekaligus mengagumi Anggi. Tapi lebih karena sikap dan kepribadian Anggi terhadap teman-temannya. Dia tak pernah membanggakan keluarga besarnya dihadapan kami meski kami berada dibawah garis kemiskinan sebagai anak kost. Ketulusan dan kepeduliannya pada yang hidup kekurangan seringkali membuat kami tersentuh.

Diantara balutan baju-baju kasualnya, Anggi adalah sosok yang rajin shalat, mengaji dan mengerjakan ibadah-ibadah sunnah lainnya. Sehingga kami terkejut bukan main ketika mengetahui dalam keluarganya, Anggilah satu-satunya yang beragama Islam. Anggota keluarga lainnya Kristen Katolik. Yang sedikit saya tahu, keluarga Anggi membebaskan masing-masing anggota keluarganya untuk memilih agama sesuai keyakinan masing-masing. Namun satu hal yang mereka tekankan, kalau memilih Islam tak boleh mengenakan jilbab.

Jilbab. Kami semua tahu Anggi sangat ingin mengenakan pakaian takwa itu. Hampir setiap hari Anggi mengutarakan keinginannya pada kami. Namun kalau sampai dia mengenakan jilbab, keluarga akan membuangnya. Keinginan itu tertuang dalam lembar-lembar diary birunya. Diary yang saya simpan dalam lemari pakaian saya hingga sekarang dan saya baca disaat saya merindukan Anggi. Doa dan pintanya pada Allah agar diberi kesempatan untuk mengenakan busana takwa tercurah dalam lembar-lembar diary itu. Seolah tak kenal lelah Anggi memohon pada Allah agar dikaruniai sebuah kesempatan untuk ber-Islam secara kaffah.

Hingga suatu pagi, saya mendapat berita yang menyesakkan. Bis yang membawa Anggi ke Surabaya kemarin sore mengalami kecelakaan. Semua hancur terbakar. Dan Anggi merupakan salah satu korban. Innalilahi wa inna lillahi roji’un. Anggi menghadap Allah demikian cepat. Sebelum keinginannya berjilbab terwujud. Sebelum mimpi-mimpinya untuk ber-Islam secara kaffah menjadi kenyataan. Tentu saja, kami sangat kehilangan. Anggi adalah salah satu sahabat terbaik yang pernah kami miliki. Suasana kost menjadi muram. Kami benar-benar bersedih. Dan disaat seperti inilah diary Anggi menjadi pengobat kesedihan kami. Diary yang sebelum keberangkatannya ke Surabaya dititipkan pada saya.

Sejak kejadian itu, diantara sedih dan kehilangan yang mendera, saya, Tri dan Mira mulai sering merenung. Mati adalah sebuah kepastian. Akan menjemput kita kapan saja dan dimana saja. Bagaimana kalau tiba-tiba kita mati dalam keadaan seperti ini? Tanpa bekal sedikitpun untuk menghadap-Nya? Atau mati dalam keinginan yang belum teraih seperti Anggi? Kami terus merenung dan merenung. Bersama dengan perenungan panjang itu kami juga semakin rajin menghadiri setiap pengajian di Masjid Syuhada’. Kepergian Anggi seolah meninggalkan jalan terang yang kemudian kami susuri bersama.

Dampak kepergian Anggi bagi diri saya sendiripun teramat besar. Saya kembali memiliki semangat baru. Ketika Bapak menolak jilbab saya sekian waktu yang lalu, saya telah apatis. Bahkan saya tak punya harapan lagi untuk bisa meluruhkan hati Bapak. Namun kepergian Anggi seolah menjadi motivasi untuk kembali berjuang dan istiqomah di jalan-Nya. Bahwa Allah akan berada diantara orang-orang yang istiqomah di jalan-Nya.

23 Mei 1998, kami bertiga memutuskan untuk berjilbab. Dan berawalah hari-hari indah sekaligus penuh perjuangan itu. Saya sempat di sidang oleh Bapak karena Bapak sangat tidak berkenan saya memakai busana takwa itu. Tri sempat dihentikan kiriman perbulannya sampai akhirnya dia kerja di restoran. Hanya Miralah, satu-satunya yang hijrahnya mulus tanpa halangan.

Waktu bergulir tanpa terasa. Semakin hari kami semakin mantab berhijrah dan cahaya hidayah itu terasa semakin terang. Langkah-langkah kaki kami seolah dituntun oleh Allah untuk bertemu dengan saudara-saudara seiman yang kemudian membimbing kami. Subhanallah. Bapak yang semula menentang saya habis-habisanpun mulai menerima kehijrahan saya dengan tangan terbuka. Bahkan sedikit demi sedikit Bapak tertarik untuk belajar tentang Islam. Tri juga tidak dikucilkan lagi dalam keluarganya. Bahkan seorang kakak perempuannya ikut berjilbab. Alhamdulillah.

Kini empat tahun berlalu sudah. Saya sudah berpisah dengan kedua sahabat saya. Namun kenangan itu masih tersimpan rapi. Dan tak akan pernah saya biarkan lenyap begitu saja. Juga kenangan tentang Anggi. Allah telah menghadirkan Anggi dalam kehidupan kami. Membuka jalan cahaya yang akhirnya kami susuri bersama menuju teduh dan indahnya Islam.

“Seorang sahabat adalah seseorang yang manakala kita tegak, ia tegak disamping kita, dan manakala kita lemah serta nyaris terjatuh, maka ia yang akan mengingatkan dan menopang kita”.

Mata saya berkaca saat membaca potongan kertas yang terselip dalam lembar terakhir diary biru itu. Mahabesar Allah yang telah mengaruniai sahabat sebaik engkau, Anggi. Semoga damai disisi Sang Maha Kasih.

0 komentar:

About this blog

Assalamualaikum wr.wb

welcome to my blog ^_^

silahkan kritikan dan saran yang membangunnya ya.

Jadzakallah khairon katsiron

Mengenai Saya

Foto saya
ordinary girl but I will try to be a good moslemah.^_^

Recent Posts

“Ya Robb kutitipkan rindu ini utk saudara ku disana,eratkan Ukhuwah di aNnara kami, jadikan kami hambaMu yg senantiasa bersyukur atas nikmatMu n satukan hati kami dlm hangatnya dekapan kasih sayangMu..amiin”

Recent comments

Bagaimana menurut pendapat anda tentang blog saya??